Infotembalang.co - Boyolali – Solopeduli berkolaborasi dengan SMA N 1 Wonosegoro dalam acara bakti sosial bantuan air bersih untuk memeringati Milad SMA N 1 Wonosegoro. Kegiatan berbagi air bersih disalurkan ke 2 dusun di Wonosamudro pada Jumat (15/09/2023). Aksi ini adalah bentuk kepedulian terhadap masyarakat Wonosamudro yang terdampak kekeringan dan krisis air.
Lokasi pertama penyaluran berada di Dusun Traban RT. 02 RW.01, Repaking, Wonosamudro, Boyolali, dan lokasi kedua berada di Dusun Dukuh RT.06 RW.03, Repaking, Wonosamudro, Boyolali. Dua titik tersebut adalah lokasi yang berdekatan dengan SMA N 1 Wonosegoro.
Acara ini dikawal langsung oleh Kepala Cabang Solopeduli Boyolali, Dhiya’ Uddin Iqbal A.Md., Kom., dan juga Kepala SMA N 1 Wonosegoro, Djoko Heriyanto, S.Pd., M.Pd., serta Humas SMA N 1 Wonosegoro, Muh. Reza Fahlafi, S.Pd., M.Pd. Bakti sosial ini juga mengajak siswa-siswi SMA untuk ikut membantu dalam menyalurkan. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan jiwa kepedulian siswa-siswi terhadap masyarakat.
Djoko Heriyanto, S.Pd., M.Pd., dalam kesannya mengucapkan, “Bertepatan dengan Milad yang ke-22 SMA N 1 Wonosegoro, dengan semangat berbagi bersama Solopeduli, kami mengajak anak-anak juga untuk berbagi rasa peduli terhadap masyarakat yang membutuhkan air di sekitar sekolah. Alhamdulillah, berkat kerjasama dengan Solopeduli, kegiatan ini sukses dilaksanakan,” tutur Djoko.
Dhiya’ dalam balasan kesannya menyampaikan, “Selamat Milad yang ke-22 untuk SMA N 1 Wonosegoro. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih, karena sudah mempercayakan Solopeduli sebagai lembaga yang dipercayai untuk mengurus bakti sosial berbagi 16.000 liter air bersih kepada warga Wonosamudro. Semoga ke depannya SMA N 1 Wonosegoro sukses dan maju!,” tutur Dhiya’.
Sukandar, salah satu warga Dukuh, berharap agar bantuan ini dapat datang lagi karena desa mereka sangat mengalami krisis air. “Air bersih sangat penting bagi warga sini, Mbak, karena sumber air sudah kering semua. Kalaupun ingin membuat sumur bor, kedalaman 20 meter saja rasa airnya sudah asin. Awalnya, di sini dulunya adalah segoro (samudra), jadi airnya asin. Ada bantuan dari luar beberapa waktu lalu, tapi hanya sekali dua kali, tidak selalu ada,” ucap Sukandar.
Faktanya, beberapa rumah yang masih memiliki pasokan air, rasanya asin dan berwarna kekuningan. Di Wonosegoro, seluruh aliran sungai sudah mengering, dan pertanian serta sawah juga tidak lagi produktif karena musim kemarau.
Mari, Sahabat, tebarkan manfaat lebih luas lagi ke berbagai daerah yang terdampak oleh kekeringan bersama Solopeduli. Karena peduli adalah solusi.